NASEHAT RASULLULLAH TENTANG PERNIKAHAN
Yang terpenting dari setiap perbuatan ialah niatnya, "Bahwasanya semua amal itu tergantung niatnya, dan bahwasanya apa yang diperoleh oleh seseorang adalah sesuai dengan apa yang diniatkannya..." (HR. Bukhari dan Muslim).
Kalau niat anda bukan untuk
beribadah kepada Allah dan untuk menegakkan syari'at Islam berdasarkan Al
Qur'an dan Sunnah Rasulullah, berhentilah membaca dan temukan dahulu niat yang
tulus ikhlas tersebut !!!
"Tidaklah Rasulullah saw dihadapkan pada pilihan antara dua hal, kecuali
beliau mengambil yang lebih mudah, asalkan bukan dosa" (HR. Bukhari dan
Muslim)
Rasulullah saw bersabda kepada 'Ukaf bin Wada'ah Al Hilali, " Apakah
engkau telah beristri wahai 'Ukaf ?" Ia menjawab, "belum", Rasul
saw bersabda , " tidakkah engkau mempunyai budak perempuan ?"
Jawabnya "Tidak". Sabda beliau, "bukankah engkau sehat lagi
berkemampuan?" Jawab 'Ukaf, " Ya, Alhamdulillah ". Maka beliau
bersabda: " Kalau begitu engkau termasuk teman setan. Karena engkau
mungkin termasuk pendeta Nasrani, lantaran itu berarti engkau termasuk dalam
golongan mereka . Atau mungkin engkau termasuk golongan kami, lantaran itu
hendaknya engkau berbuat seperti yang menjadi kebiasaan kami, karena kebiasaan
kami adalah beristri. Orang yang paling durhaka di antara kalian ialah yang membujang,
dan orang mati yang paling hina diantara kamu ialah kematian bujangan . Sungguh
celaka kamu wahai 'Ukaf. Oleh karena itu menikahlah !"...(HR. Ibnu Atsir
dan Ibnu Hajar)
" Barang siapa telah mempunyai kemampuan untuk menikah kemudian ia tidak
menikah maka dia bukan termasuk umatku"(HR. Thabrani dan Baihaqi)
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata" Para ulama membagi orang dalam perkawinan
menjadi beberapa macam. Pertama orang yang sudah berkeinginan untuk menikah dan
mampu membiayai kehidupan serta merasa khawatir terhadap dirinya (akan
terjerumus ke dalam perbuatan tercela jika tidak menikah), maka orang ini
dianjurkan (disunnahkan) untuk menikah menurut semua ulama, dan dari madzhab
Hambali dalam salah satu riwayat menambahkan bahwa dia wajib menikah".
"Dan nikahkanlah orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang
layak nikah di antara hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin,
Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya, dan Allah Maha Luas
pemberianNya lagi Maha Mengetahui" (An Nur: 32)
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka
ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa" (Al An'am: 153)
Jika ingin mendapat pasangan yang baik, jadikan diri baik terlebih dahulu. Jika
ingin mendapatkan istri yang salehah, jadikan diri anda saleh terlebih dahulu,
dan sebaliknya. Bagaimana anda menuntut istri anda sekualitas Fatimah,
sedangkan anda sendiri tidak sekapasitas Ali ? Bagaimana mungkin anda berharap
istri anda setabah Sarah dan Hajar, sedangkan anda tidak sekokoh Ibrahim as ?
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki
yang keji adalah untuk wanita yang kaji (pula). Dan wanita-wanita yang baik
adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula)" (An Nur: 26)
Persiapan-persiapanya :
Jika anda laki-laki, ada kesiapan dalam diri anda untuk bertindak sebagai qawam
dalam RT, berfungsi sebagai bapak bagi anak-anak yang akan lahir nantinya, bisa
menanggung segala beban-beban yang disebabkan oleh karena posisi anda sebagai
suami dan bapak, mampu memberikan kepuasan optimal kepada istrinya dalam hak
istimta' ."Dan kalian wajib memberikan nafkah kepada mereka (istri-istri)
dan memberi pakaian secara ma'ruf" (HR Muslim), mampu menyandang status
sosial yang tadinya lajang dia masih menjadi bagian dari keluarga orang tuanya,
setelah menikah mereka mulai dihitung sebagai keluarga tersendiri, dan masih
banyak yang lainnya.
Jika anda perempuan, ada kesiapan untuk membuka ruang baru bagi intervensi
seorang mitra bernama suami, kesiapan untuk mengurangi sebagian otoritas atas
dirinya sendiri lantaran tunduk pada prinsip syura dan ketaatan pada suami,
kesiapan untuk hamil, melahirkan dan menyusui. Siap menanggung beban-beban baru
yang muncul akibat hadirnya anak, dan masih banyak yang lainnya.
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu. Dan berbuat
baiklah terhadap orang tua, kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil,
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan dirinya (An Nisa: 36)
Yaa Allah, sesungguhnya hambaMu ini memohon kepadaMu dengan IlmuMu pilihan yang
paling tepat, hambamu ini memohon kekuatan kepadaMu dengan ke Maha KekuasaanMu,
hambaMu memohon KaruniaMu yang besar. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, sedangkan
hambaMu ini tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui sedangkan hambaMu ini tidak
mengetahui, dan Engkau yang mengetahui perkara yang Ghaib Yaa Allah, apabila
Engkau mengetahui apabila perkara ini baik bagi agama hamba-hambaMu, dan baik
akibatnya bagi diri hamba-hambaMu ini di dunia maupun di akhirat, maka
tetapkanlah dan mudahkanlah. Sesungguhnya apabila Engkau mengetahui bahwa
perkara ini buruk bagi agama hamba-hambaMu, dan buruk akibatnya bagi
hamba-hambaMu ini di dunia maupun di akhirat, maka jauhkanlah perkara ini dari
hamba-hambaMu dan jauhkanlah diri hamba-hambaMu ini darinya. Tetapkanlah
kebaikan untuk hamba-hambaMu dimanapun hamba-hambaMu ini berada, dan jadikanlah
hamba-hambaMu ini ridha menerimanya... (HR. Bukhari).
Belum Ada Komentar